25.2.25

Nanacil, I wrote this for you.

Na, bayangkan suatu hari nanti, ketika kamu membaca tulisan ini, dan aku sudah tidak ada lagi di sampingmu. Kamu pasti akan merasakan kesepian yang dalam, seperti ada sesuatu yang menyelimuti hatimu, dan pada saat itu, kamu akan mulai mengerti mengapa aku selalu begitu keras padamu.

Semua yang aku lakukan—setiap kata, setiap tindakan—mungkin pernah membuatmu merasa aku sangat mengganggu, selalu bikin kesal. Tapi percayalah Na, di balik setiap kata-kata yang keras dan keputusan yang tampak tegas, ada cinta yang begitu besar yang sulit aku ungkapkan. Cinta yang hanya bisa aku tunjukkan dengan cara melindungimu dan membekalimu segalanya yang aku bisa lakukan dari dunia yang penuh dengan cobaan dan tantangan nantinya.

Na, ketika kamu dewasa dan dunia ternyata tidak seindah yang kamu bayangkan, ketika kamu merasa ragu dan kecewa, aku ingin kamu tahu bahwa meskipun aku sudah tiada, aku akan selalu ada dalam kenanganmu. Saat kamu merasa sendirian dan dunia terasa begitu berat, aku akan selalu ada di hatimu, menjadi rumah yang selalu menanti kepulanganmu. Tempat penuh kasih yang tak akan pernah hilang meskipun waktu terus berjalan.

Aku tahu, dulu seperti tidak ada sosok ayah yang menemanimu di masa usia emasmu, saat-saat yang sangat kamu butuhkan kehadirannya. Mungkin dia ada namun dia belum mengerti akan butuhnya kita atas sosoknya. Dia tidak bisa meluangkan waktunya untuk menemanimu, menemani kita, menemani setiap langkahmu hingga sampai kamu bisa mengerti. Namun meskipun hanya ada aku, aku selalu berusaha menjadi sosok yang kuat untukmu. Setiap hari, setiap senyuman, dan setiap tawa yang kamu beri, aku terus berdoa agar kamu tetap bisa menemukan kebahagiaan meskipun tanpa sosok ayah di sampingmu saat itu. Kamu adalah segalanya, yang paling berharga untukku.

Na, ketika kamu tumbuh besar dan menjadi ibu seperti aku, kamu akan merasakan setiap yang aku rasakan. Kamu akan tahu bagaimana rasanya menjadi ibu yang hanya ingin anaknya bahagia, yang rela berkorban demi kebahagiaanmu. Aku tahu, ada saat-saat aku terlalu keras padamu, saat kata-kataku atau bentakan ku membuat mu terluka bahkan hampir membenciku. Tapi percayalah, Na, dunia ini jauh lebih keras dan lebih kejam daripada apapun yang bisa aku katakan. Jika kata-kataku bisa menyakitimu, bayangkan betapa kerasnya dunia ini. Dunia ini tak akan pernah memberi ampun, dan aku ingin kamu siap menghadapi itu dengan kekuatan yang sudah aku tanamkan dalam dirimu.

Aku membentuk dirimu menjadi seperti yang kamu jalani hari ini, meskipun aku tak selalu tahu cara terbaik. Aku hanya ingin kamu menjadi seseorang yang tidak mudah menyerah, yang tidak mudah patah hanya karena dunia memberimu cobaan yang berat. Kamu harus kuat, Na. Untukku, tidak ada yang lebih penting daripada melihatmu tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan penuh kasih.

Suatu hari nanti, kamu akan memilih jalanmu sendiri, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan apa yang aku dan keluargamu harapkan. Saat itu tiba, aku akan melepaskanmu, meskipun hatiku penuh dengan rasa takut. Tapi kamu harus tahu, Na, jika kamu memilih jalan yang berbeda, aku akan selalu mendukungmu untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Karena hanya dengan menjadi dirimu yang sejati, kamu akan menemukan kebahagiaan sejati. Dunia ini akan mencoba mengubahmu, mencoba memaksamu menjadi seseorang yang bukan dirimu. Tapi aku ingin kamu tetap teguh, tetap menjadi dirimu, apapun yang terjadi.

Suatu hari nanti, ketika kamu menjadi seorang ibu seperti aku, kamu akan mengerti betapa pentingnya memberi kebebasan pada anak-anakmu untuk memilih jalan hidup mereka sendiri. Kamu akan tahu bagaimana rasanya ingin mereka hidup bahagia, tanpa rasa takut akan penghakiman dunia. Aku ingin kamu memberi mereka kebebasan untuk mengejar impian mereka, sama seperti aku yang dulu ingin memberimu kebebasan untuk menjadi dirimu sendiri.

Na, ingat juga, meskipun dunia ini bisa begitu dingin dan kejam, aku akan selalu ada dalam hatimu, dalam setiap doa dan setiap kenangan yang kita pernah lewati. Aku telah membentuk dirimu, aku telah berjuang untukmu, dan aku ingin kamu menjadi seseorang yang kuat dan hebat. Karena di dalam dirimu ada kekuatan yang luar biasa.

Aku ingin menjadi jari jemari sekaligus pena yang membimbing dan juga menuliskan setiap bab dalam hidupmu. Dan kamu, Na, adalah puisi terindah yang pernah tercipta. Tidak ada kata yang bisa cukup menggambarkan betapa bangganya aku padamu. Semoga kasih sayangku ini bisa menghangatkan hatimu. 
Kamu harus berdiri tegak, kamu harus tumbuh menjadi orang yang baik, yang penuh kasih sayang, dan yang terpenting, kau harus kuat dan hebat. Karena dengan itu, kamu akan mampu menghadapi segala yang datang dan menjadi seseorang yang luar biasa. Aku akan selalu mencintaimu selamanya. 

20.1.25

"Vent"

"How I Talk to Myself Can Help Me Heal."

On this gloomy afternoon, the sky mirrored the feelings of a mother who was also feeling down. 

Born as the daughter her young parents desperately wanted but with no preparation, life was tough and simple.
Her dad came from wealthy family but was harsh and ruthless when dealing with the world, and her mom came from humble beginnings, toughened by life’s struggles. With nothing but grit and determination, they pushed through. Facing everything from hunger to physical violence in their fights. They endured it all, fighting for the dream of a better life and happiness.

Two years later, they were blessed with a daughter they had hoped would be a son, but they still embraced her with open arms. She was raised with that same tough mentality, ready to face the world’s brutality head-on, just like her parents had. This girl grew up under strict lessons on survival, from figuring out how to make do with barely enough food, to aiming for success so she could live better than they did.

Her mom invested everything she had—every last penny—to educate her. From formal school to extra training, she made sure her daughter wasn’t just book-smart, but also skilled in other areas. The girl learned values, ethics, communication—everything she needed to take on the world. Her dad, working relentlessly from dawn till dawn, never had the time to be there for her during those precious years of growth.

Years passed, and they just kept surviving, even though it wasn’t easy. When their second daughter came, they knew they couldn’t provide for both girls the way they wanted. The dad was a public transport driver, and the mom worked as a washerwoman. They had to send their eldest to live with others, and tragedy struck when the girl got into an accident under someone else's care.

Time went by, and the girl grew up—smart, accomplished, but always feeling like she didn’t get enough appreciation from her parents. Her mom, while proud she always added more expectations, never feeling like her daughter had done enough. This girl carried all their hopes and dreams, never once considering what she wanted. Life felt like a race she didn’t enter willingly, but had to keep running nonetheless.

As she hit her teens and then adulthood, she never questioned her parents' wishes. She followed them, even when she wanted to rebel. A few times she tried, but it never stuck. She couldn’t shake the feeling of being deeply dependent on her parents, who had sacrificed so much to get her this far. Gratitude kept her from seeking her own way, no matter how much she might have wanted to.

She lived by their words: "Don’t cry, don’t be weak, face it all." Those words echoed in her mind, pushing her to never give in, even when she felt like she was falling apart.

She kept telling herself: "Is this all? I can do this! I can fight this!" over and over again, refusing to let herself break, even though inside she was shattered.

Years went by, and the girl became a woman, then a wife and mother. The ironclad strength she’d been taught to rely on began to crack. She was still putting on a brave face.

But inside, she was losing herself.

Being a wife and mother felt like a role she wasn’t prepared for.

Her strength, once invincible, started to fade. She wasn’t sure how much longer she could go on. Her mental walls crumbled, and her heart shattered. The world that she once felt she could conquer now seemed too much to bear. There were moments when she just wanted to give up.

But then, something unexpected happened. Her daughter’s laughter, her sweet words, began to heal the brokenness inside her. The spark of life that she thought was gone slowly reignited. She began to realize that she wasn’t finished yet.

Maybe there was hope.

Maybe there was still a way to feel alive again.

She started focusing on what really mattered to her, even if it meant letting go of the expectations others had for her. She learned that it was okay to not be perfect. She didn’t have to carry the weight of the world on her shoulders anymore. Life was a process, and she was learning to be strong again, but this time, for herself.

Though she wasn’t entirely confident, she started to see that her life had meaning. Her purpose wasn’t to meet everyone else’s expectations—it was to live for herself. Slowly, she began taking back control, focusing on what she truly wanted, no longer bound by anyone else’s dreams for her.

Now, she knew her mission wasn’t over. There was still life to live, still more to discover. It was okay to be weak sometimes. There was no such thing as perfect. She wasn’t alone in this, and this journey—her journey—was only just beginning. 

Life wasn’t done with her yet, and she wasn’t done with life.

And finally, she realized the most powerful thing of all: she had everything she needed inside her all along.

She just had to believe it.

14.1.25

Kotak Kesayangan

00.05

Lorong yang sangat familiar

Bertemu dengan beberapa tumpukan sepatu sampai angka 10 

Pintu yang familiar 

Selalu tertutup rapat atau terkunci 

Siapa yang tau betapa nyaman nya ada di dalam nya

Penuh dengan pemandangan indah, mulai dari bintang-bintang yang berkelip, sampai terang redup nya pancaran dari sinar yang terasa menyejukkan hati

Banyak lelah yang hilang

Banyak juga rindu yang tersampaikan 

Lewat alunan lagu-lagu yang diputar sambil sesekali diiringi riang nya suara tawa seolah hanya bahagia yang terasa

Sedih pun sesekali mengintip lalu pergi dengan cepat sekedar memastikan bahwa dia juga pernah mampir walau sebentar

Huruf abjad yang tersambung menjadi sebuah kata hingga sempurna menjadi kalimat membuat semua rasa tercampur dan melebur menjadi satu kisah yang bermakna

Isi kepala yang sangat rumit rasanya bisa diterjemahkan dengan baik jika berada di sana

Tempat nya hanya sebuah kotak yang tidak terlalu besar namun tidak terasa sempit walau diisi dengan penuh rasa yang dimiliki dunia

Sempat terasa dingin dan sepi awalnya, namun semakin terasa seperti rumah pada akhirnya

Di mana jawaban dari setiap kata pulang ada di sana 

Di mana jawaban dari setiap kejadian ada di sana 

Di mana jawaban dari setiap keraguan ada di sana 

Di mana jawaban dari setiap rindu ada di sana 

Bersama kamu juga di dalamnya.


• Jakarta, Januari 2025•

10.7.24

Heavenly Way To Die

Suatu siang hari yang cerah

Hiruk pikuk jalan raya besar di suatu kota 

Tiga puluh menit menunggu ramai menjadi tenang

Tidak dapat dimiliki tenang yang terang


Kanan - kiri ramai orang kebanyakan 

Sibuk dengan dunia dan urusan kepentingannya 

Siapa peduli?


Siapa peduli dengan keheningan yang lima menit lagi akan tiba?

Siapa peduli dengan hiruk pikuk tiga puluh menit yang lalu?

Siapa peduli dengan suara kencang dari truk dua belas roda itu?

Siapa peduli dengan rasa menunggu yang sudah tiga puluh menit lalu?

Siapa peduli dengan rasa terkejut yang terjadi sepersekian detik itu?

Siapa peduli dengan trotoar, pagar, tas, sepatu, besi, darah, kepala, tangan, pikiran, perasaan yang sudah tidak ada gunanya lagi ?

Siapa peduli ternyata semua itu adalah tenang yang menjadi terang?

Siapa peduli hari itu terjadi?

Siapa peduli pada akhirnya selesai urusan di bumi?


Sekarang terlihat, terasa, tertawa, tersenyum, tersedih yang ada namun benar adanya.

Menanti waktu yang sudah tidak perlu lagi.

Terima dan Kasih atas apa yang sudah terlewati.


Sekarang terlihat, terasa, tertawa, tersenyum, tersedih yang ada namun benar adanya.

Semua tenang menjadi terang. 


-SK-

19.6.24

June, 16 Hujan Rata

.

jangan sepenuh nya.

tidak bisa, aku harus.

boleh saja, ada tapinya.

bagaimana jika?

baiklah.


masih terlalu panjang.

lumayan rumit

belum satu dekade.

bagaimana jika?

baiklah.


bisa menerima.

terkadang tidak.

tapi aku bisa apa.

bagaimana jika?

baiklah.


rasanya seperti seratus.

di sisi lain baru sepertinya.

masih banyak timbangan.

bagaimana jika?

baiklah.


kata siapa, boleh.

yang lain menggeleng.

sama tetapi beda.

bagaimana jika?

baiklah.


tidak apa dicoba.

tetap dengan rasa.

jalani sepenuh nya.

bagaimana jika?

entahlah.

4.6.24

Zurich, 1990

Zurich, November 1990 

Berkumpul, tertawa. 

Bercengkrama, bersama.

Diawali diam, lalu pecah oleh perpisahan.

Tanpa sadar sudah setengah sadar, berakhir pulang.

Pulang ke rumah yang asing namun tidak begitu.

Membawa senyuman kecil sampai bahagia yang besar.

Tidak banyak bicara, hanya duduk di bangku yang tidak biasa.

Bersandar nyaman, memejamkan mata sebentar.

Tidak sadar senyum tidak bisa dihentikan.

Meluruskan badan, dibangku bukan kepunyaan.

Jam sudah lewat malam.

Perut mulai terasa lapar.

Keajaiban datang membawa makanan kesukaan.


Green bean porridge  pesanan datang.

Yang satu habis, yang satu disisakan.

Sambil mencoba tetap sadar, membuat obrolan dari setiap keadaan yang terlewatkan.

Sungguh terasa menyenangkan.

Rasanya ingin aku merebahkan badan, untuk tidur sebentar.

Tapi keadaan belum mengizinkan.


Aku harus pulang tapi dengan rasa senang.

Pertama untuk senyum yang tidak terlupakan.

Manis.

Hangat.

Bolehkah aku ulang?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Zurich, December 1990 


Bulan kemarin yang sudah berlalu nampaknya tidak bisa terkikis cepat oleh waktu.

Malahan bikin makin tersenyum tersipu malu.

Semua rasa yang tidak terbendung hari ini berkumpul menjadi satu.

Rasa ku, Rasa mu.

Semua beradu satu.

Menjadi satu yang utuh.

Senyum bulat penuh menjadi satu.

Aku rasa cukup untuk sewindu.

Senangku disambut, dan mimpi ku terwujud.

Mimpi yang bukan selalu bermakna cita-cita.

Kali ini mimpi yang muncul setiap malam tiba di dunia nyata.

Yang sebelumnya tidak pernah terduga.

Kini aku ada disana.


Di tempat yang asing namun tidak.

Di samping manusia yang ternyata aku suka.

Sesuatu yang dibuat tidak sengaja sangat mungkin terdengar sebagai alasan.

Tetapi aku percaya di situlah memang keadaan yang berubah menjadi kenyataan.


Kemarin setengah sadar, hari ini sudah hampir sadar.

Satu hal yang aku ingin harapkan, semoga tidak selesai dalam 96 jam kedepan.


-SK-

3.6.24

Ramai Sepimu

Berat nafasku disaat ketidak tahuanku menjadi tahu. 

Semua terlihat lebih jelas setidaknya disaat aku mulai tahu betapa sepi mu sangat sepi adanya. Kekuatan mu membuat semua sepimu tertutupi oleh senyum tipis dan gelak tawa mu. Semua terasa lebih jelas disaat aku tahu keramaian yang selalu ada dipikiranmu tidak selalu ada di dalam hatimu.

Ketidak tahuanku menjadi tahu, mungkin kamu tidak merasakan sepi yang sebenarnya ada di dirimu.

Entah apa yang membuatmu terlihat sangat sepi. 

Hapus lah Sepi mu

Belum setengah dari usia mu aku ada, tetapi cukup berat nafasku melihat hati mu. Rasanya seperti aku ingin berusaha untuk menjadi manusia yang setidaknya bisa mengurangi rasa sepi itu. Terlihat jelas lagi semua usaha yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri.

Mungkin aku salah, tetapi aku yakin aku tidak salah. 

Cara mu menghadapi semua hal dengan penuh tanggung jawab, hati-hati dan menghasilkan kebijaksanaan walaupun penuh dengan emosi didalam nya.

Aku ingin sedih tapi aku tahu kamu tidak mau itu.

Aku ingin selalu tahu semua rasa sepi mu, tapi aku tahu kamu mungkin juga tidak mau itu.

Aku ingin berusaha sedikit bisa mengurangi sepi mu, walaupun itu harus tanpa sepengetahuanmu.

Tetapi, aku tahu kamu pasti tahu itu.

Pikiranmu selalu riuh, tapi aku tau hatimu tidak.

Ada kotak kecil yang mungkin berada jauh didalam hati kanan mu, hati kiri mu, hati kecil mu yang kamu sendiri sudah lama berusaha mengabaikan nya. 

Aku menemukan itu, aku rasa aku menemukan nya. Aku yakin itu adalah kotak kepunyaanmu yang seharusnya tidak ada disana. Seperti sudah lama ada disana tanpa kamu tanya apa kabarnya, bagaimana perasaanya, kenapa masih disana, dan kamu pun tidak tau jawabannya. Sama denganku, aku pun tidak tau apa jawabannya.

Hanya saja aku mencoba mengikuti jalan yang ditunjukkan untuk aku bisa menemukan jejak nya satu demi satu walaupun sampai saat ini aku rasa aku belum sampai di sana.

Tak apa, aku tidak terobsesi untuk bisa sampai disana.

Yang harus kamu tau, aku hanya ingin mencoba menemani jejak nya satu demi satu hingga disaat sampai disana, aku bisa memastikan semua perjalanan jejak nya tidak terasa sepi dan kamu tidak sendiri.

Kamu tidak bisa melarangku.

Kalaupun memang tidak diizinkan, aku hanya bisa mencoba melakukan yang tetap ingin aku lakukan, walaupun hanya sampai batas mimpi ku setiap malam.

Aku rasa sudah ada tempat yang selalu muncul didalam mimpiku yang berulang. Aku bisa kesana lagi, aku tahu jalan nya, aku bisa mencoba mengingatnya, dan mengikuti jejak-jejak nya.

Aku bisa melakukan hal seperti yang sudah aku katakan sebelumnya.

Tanpa kamu tau. Tanpa sepengetahuanmu. 

Ketidak tahuanku akan sepi mu mulai terjawab satu satu. Hal baru menjadi hal yang sebenarnya sudah aku tau, hanya saja kamu tidak tau. 

Aku selalu berhasil mengikuti setiap intuisi ku dalam setiap perjalanan hidup ku selama ini, walaupun tidak pernah terbayangkan kamu orang nya.

Aku sudah tau sejak hari pertama dipikiranku.

Mulai mengganggu, tapi aku tidak mau menunggu.

Mulai gelisah, tapi aku tidak mau gegabah.

Kelebihan sekaligus kekuranganku adalah Pikiranku selalu berhubungan dengan Hatiku.

Dan itu terjadi dengan sepi mu yang aku tau.

Untuk yang aku tidak tau, aku tidak mau terburu-buru untuk tau. Biarkan perjalanan nya menuju kepadaku.

Aku tidak mau mengganggu. 

Bukan hanya kamu yang hebat dan kuat dalam hal itu, aku sudah lakukan bertahun-tahun dalam hidupku untuk itu.

Sedihku, aku merasa banyak orang disekelilingku yang sepertiku tapi aku tidak tau kalau ada kamu di antara selipan buku. Halaman yang tidak sempat aku baca karena jariku melanjutkan bacaan nya dua halaman sekaligus.

Aku minta maaf untuk itu, tapi tenang saja sekarang aku temukan halaman itu dan akan aku baca kata demi kata nya perlahan, hati-hati sambil terus menemani.

Diluar halaman pada buku itu, ada satu hal tentang Luar Angkasa yang selalu aku ceritakan pada mimpiku yang sepertinya belum semua aku telusuri. Terlewat satu rangkaian galaxy yang ternyata bintang dengan segala bentuk manifestasinya, neutron, gas, debu, dan materi gelap yang menjadi satu itu adalah dirimu. 

Galaxy yang bentuk rangkaian nya sangat gelap, sangat tajam, sangat tidak terbentuk perlahan mulai terlihat indah dari titik pertama hingga cahaya-cahaya kecil yang bertaburan mengelilingi garis tegas dan tajam yang terbuat dari komponen penting dalam rangkaian Galaxy yang kamu buat.

Perlahan aku bisa melihatnya.

Dengan tersenyum. 

Aku yakin rangkaian nya akan tetap melebar, meluas, membuat bentuk yang sangat indah dan abadi nantinya.

Aku yakin aku akan bisa melihat itu dengan jelas sambil tersenyum.

Aku yakin semua itu akan terjadi dalam akhir perjalanan sepi mu. 

Ramai Sepi mu

Membuat aku tidak mau tau kapan aku bisa tetap tersenyum menemani setiap taburan bintang debu dan cahaya yang membungkusnya, karena aku harap setiap hari yang aku lewati akan membuat titik kecil yang aku yakin ada didalam perjalanan rangkaian itu.

Mulai dari hari pertama aku tau Sepi mu mengganggu ku. 

Ketidak tahuanku menjadi tau lama-lama menjadi jelas dan lama-lama akan menjadi semakin indah, lalu lama-lama akan membuat simpul yang membentuk senyum terbaik yang sudah aku persiapkan.  

-SK-